IKLAN

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah


Sahabat Pedia Pendidikan yang berbahagia, Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis Pendidikan Karakter mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya keseluruhan tata kelola sekolah, desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah.

Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama Pendidikan Karakter yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.

Langkah-langkah pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah, antara lain dapat dilaksanakan dengan cara:
Baca juga : Perilaku Menyontek Merupakan Benih Korupsi

Menentukan Nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Sahabat Pedia Pendidikan, Sekolah memulai program PPK dengan melakukan asesmen awal. Salah satu kegiatan asesmen awal adalah bahwa satuan pendidikan memilih nilai utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan penguatan karakter di lingkungan mereka.

Pemilihan nilai utama ini didiskusikan, dimusyawarahkan, dan didialogkan dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan peserta didik). Bersamaan dengan itu, dirumuskan pula sejumlah nilai pendukung yang dipilih dan relevan.

Sekolah mendeskripsikan bagaimana jalinan antarnilai utama tersebut, yaitu antarnilai utama yang dipilih dengan nilai pendukung. Seluruh pemangku kepentingan menyepakati nilai utama yang menjadi prioritas serta nilai pendukung, dan jalinan antarnilai dalam membentuk karakter warga sekolah, dan sekaligus tertuang dalam visi dan misi sekolah.

Nilai utama yang dipilih oleh satuan pendidikan menjadi fokus dalam rangka pengembangan budaya dan identitas sekolah. Seluruh kegiatan, program, dan pengembangan karakter di lingkungan satuan pendidikan berpusat pada nilai utama tersebut, dan berlaku bagi semua komunitas sekolah.

Satuan pendidikan menjabarkan nilai utama ini dalam indikator dan bentuk perilaku objektif yang bisa diamati dan diverifikasi. Dengan menentukan indikator, satuan pendidikan dapat menumbuhkan nilai-nilai pendukung yang lain melalui fokus pengalaman komunitas sekolah terhadap implementasi nilai tersebut.

Dari nilai utama dan nilai-nilai pendukung yang sudah disepakati dan ditetapkan oleh satuan pendidikan, sekolah bisa membuat tagline yang menjadi moto satuan pendidikan tersebut sehingga menunjukkan keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah. Contoh: “Membentuk Pemimpin Berintegritas”,“Sekolah Cinta”, “Sekolah Budaya”, dan lain-lain. Satuan pendidikan dapat pula membuat logo sekolah, himne, dan mars sekolah yang sesuai dengan branding-nya masing-masing.

a. Menyusun Jadwal Harian/Mingguan

Satuan pendidikan dapat menyusun jadwal kegiatan harian atau mingguan untuk memperkuat nilai nilai utama PPK yang telah dipilih sebagai upaya penguatan secara habituasi dan terintegras

Pendidikan Karakter
contoh jadwal mingguan.

b. Mendesain KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP tersebut memuat dan/atau mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK serta nilai-nilai pendukung lainnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut:
Baca juga : 10 Cara Menghadapi Siswa yang Nakal dan Sering Bolos Sekolah
Langkah 1
Memeriksa kelengkapan dokumen kurikulum yang terdiri dari:
  • Dokumen 1 yang disebut dengan Buku I Kurikulum Sekolah, berisi sekurang- kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan.
Contoh: Memasukkan nilai-nilai utama PPK pada visi dan misi sekolah. Nilainilai karakter dimaksud dapat diambil dari lima nilai utama dan/atau subnilai lainnya yang relevan dengan kearifan dan budaya sekolah.
  • Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II Kurikulum Sekolah, berisi silabus.
Contoh: Silabus merupakan rencana pembelajaran dan dikembangkan oleh satuan pendidikan, yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan seterusnya. Silabus sebaiknya dipastikan diberi muatan nilai-nilai karakter yang dituangkan secara eksplisit, meskipun dalam implementasinya dapat dikembangkan secara relevan dan kontekstual.
  • Dokumen 3 yang disebut dengan Buku III Kurikulum Sekolah, berisirencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),yang disusun sesuai kompetensi dasar, potensi, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar.
Contoh: RPP yang dibuat sebaiknya secara sengaja memuat nilai-nilai karakter. Hal ini dapat dilakukan dengan bukan sekadar menambahkan komponen “fokus penguatan karakter” setelah indikator atau tujuan dalam RPP tersebut, yang berfungsi sebagai “pengingat”, melainkan juga menuliskan pada kompetensi dasar mana pembentukan karakter itu akan diajarkan, disadarkan dan dibahas, dan bagaimana mengajarkannya.
  • Penyusunan/pengembangan KTSP tersebut menjadi tanggung jawab satuan pendidikan, dan dilakukan oleh tim pengembang KTSP, di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Contoh: Sekolah dapat melakukan Penguatan Pendidikan Karakter melalui dokumen KTSP dengan:
  1. melakukan penyesuaian nilai-nilai karakter yang sudah dilaksanakan di sekolah dengan nilai-nilai utama PPK;
  2. menyesuaikan visi dan misi sekolah sesuai dengan keadaan sekolah;
  3. menyesuaikan program kurikulum, terutama program di siang dan sore hari yang dimasukkan dalam dokumen kurikulum sekolah; dan
  4. membuat rancangan jadwal pelaksanaan kegiatan PPK dan menyesuaikan dengan kalender akademik sekolah.

Langkah 2
Melaksanakan sosialisasi penguatan pendidikan karakter (PPK) kepada seluruh komunitas sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, serta komite sekolah dan semua komponen yang ada di sekolah).

Langkah 3
Membuat dan menyepakati komitmen bersama antarsemua pihak (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, serta komite sekolah dan semua komponen yang ada di sekolah), serta para pemangku kepentingan pendidikan untuk mendukung dan melaksanakan PPK sesuai dengan strategi implementasi yang sudah direncanakan, baik secara intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Baca juga : Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

c. Evaluasi Peraturan Sekolah

Budaya sekolah yang baik terlihat dalam konsep pengelolaan sekolah yang mengarah pada pembentukan dan penguatan karakter. Sebagai sebuah gerakan nasional, setiap lembaga pendidikan wajib melakukan koreksi dan evaluasi atas berbagai peraturan yang mereka miliki dan menyelaraskannya dengan nilai-nilai revolusi mental yang ingin diarahkan pada penguatan pendidikan karakter. Salah satu contoh peraturan yang wajib dievaluasi adalah peraturan kedisplinan tentang sakit, izin, dan alpa, penerapan kebijakan kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan peraturan terkait kegiatan mencontek.

Pendidikan karakter perlu mempergunakan sarana yang sudah ada dan memiliki indikator yang jelas, terukur, dan objektif tentang penguatan pendidikan karakter. Evaluasi praksis pemanfaatan peraturan sekolah tentang kehadiran dibutuhkan agar peraturan ini dapat menjadi sarana efektif dalam pembentukan karakter disiplin peserta didik.

Selain peraturan tentang kedisplinan, sekolah juga perlu mengadakan evaluasi atas peraturan-peraturan lain, untuk melihat apakah peraturan sekolah yang ada telah mampu membentuk karakter peserta didik atau justru malah melemahkannya. Upaya telaah, analisis, dan revisi pada berbagai bentuk aturan ini sangat penting dalam rangka menghadirkan kultur pembentukan dan penguatan karakter yang mendorong peserta didik menjadi pembelajaran otentik, dimana peserta didik dapat belajar dari pengalaman yang mereka lalui/rasakan sesuai dengan tahapan perkembangan masing-masing.

Dalam upaya pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah, sekolah dapat membuat atau merevisi peraturan dan tata tertib sekolah secara bersama-sama dengan melibatkan semua komponen sekolah yang terkait. Dengan demikian, semangat menegakkan peraturan tersebut semakin besar karena dibangun secara bersama.

d. Pengembangan Tradisi Sekolah

Satuan pendidikan dapat mengembangkan PPK berbasis budaya sekolah dengan memperkuat tradisi yang sudah dimiliki oleh sekolah. Selain mengembangkan yang sudah baik, satuan pendidikan tetap perlu mengevaluasi dan merefleksi diri, apakah tradisi yang diwariskan dalam satuan pendidikan tersebut masih relevan dengan kebutuhan dan kondisi sekarang atau perlu direvisi kembali, agar dapat menjawab tantangan yang berkembang, serta selaras dengan upaya penguatan karakter di satuan pendidikan tersebut.
Baca juga : Tehnik Kreatif dalam mendidik Siswa Lewat Permainan Tradisional

e. Pengembangan Kegiatan kokurikuler

Kegiatan kokurikuler dilakukan melalui serangkaian penugasan yang sesuai dengan target pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran yang relevan dengan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan kokurikuler dapat dilaksanakan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, tetapi kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) yangtelah disusun guru.

Hal itu dimaksudkan agar kegiatan siswa di luar lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab dan pengawasan guru yang bersangkutan. Jenis-jenis kegiatannya antara lain berupa tugas-tugas, baik dilaksanakan secara individu maupun kelompok. Contohnya, dapat berupa kegiatan proyek, penelitian, praktikum, pengamatan, wawancara, latihan-latihan seni dan olah raga, atau kegiatan produktif lainnya.
Baca juga : Fenomena Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif di Indonesia

f. Ekstrakurikuler (Wajib dan Pilihan)

Penguatan nilai-nilai utama PPK sangat dimungkinkan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Kegiatan ekskul tersebut bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan bakat peserta didik, sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing.

Kegiatan ekskul ada dua jenis, yaitu ekskul wajib (pendidikan kepramukaan) dan ekskul pilihan (sesuai dengan kegiatan ekskul yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan).

Semua kegiatan ekskul yang dikembangkan tersebut harus memuat dan menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangan dalam setiap bentuk kegiatan yang dilakukan.Meskipun secara implisit kegiatan ekskul sudah mengandung nilai-nilai karakter, namun tetap harus diungkap secara eksplisit serta direfleksikan dan ditegaskan kembali di akhir kegiatan, agar peserta didik sadar dan paham.

Demikian mengenai Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah, semoga bermanfaat. aamiin.

sumber : Guru SD

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi dan Bimbingan Konseling

Pendidikan Karakter
sumber foto : cerdasberkarakter. kemdikbud. go. id

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi dan Bimbingan Konseling


Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi

Sahabat Pedia Pendidikan yang berbahagia, Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuh kembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik.

Pendidikan Karakter dari Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan secara terencana dan terprogram sedemikian rupa, baik dalam kegiatan-kegiatan berbasis kelas maupun kegiatan-kegiatan berbasis budaya sekolah, dan komunitas masyarakat.

Dalam konteks kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum.

baca juga :

Gerakan Literasi, Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media-media lain. Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah, antara lain buku, surat kabar, dan internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan pojok baca, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet menjadi penting untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Kreativitas guru merupakan faktor penting dalam menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara cerdas, agar peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya.

Pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti perlu menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan dan memulai gerakan literasi di sekolah.

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling

Sahabat Pedia Pendidikan, Penguatan Pendidikan Karakter bisa dilakukan secara terintegrasi melalui pendampingan siswa dalam melalui bimbingan dan konseling. Peranan guru BK tidak terfokus hanya membantu peserta didik yang bermasalah, melainkan membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi pengembangan aspek belajar/akademik, karier, pribadi, dan sosial. 

Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan para guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, maupun orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Keutuhan layanan bimbingan dan konseling diwujudkan dalam landasan filosofis bimbingan dan konseling yang memandirikan, berorientasi perkembangan, dengan komponen-komponen program yang mencakup (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual dan peminatan, dan (4) dukungan sistem (sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah).

Lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas sangat sejalan dengan filosofi bimbingan dan konseling yang memandirikan. Peran dan tanggung jawab bimbingan dan konseling dalam PPK adalah pengembangan perilaku jangka panjang yang menyangkut lima nilai utama tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi, dan sosial.

baca juga:

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan melalui layanan-layanan berikut.

1. Layanan Dasar

Layanan dasar adalah pendampingan yang diperuntukkan bagi seluruh peserta didik (konseli) melalui kegiatan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok untuk mengembangkan perilaku jangka panjang dalam pengembangan perilaku belajar, karier, pribadi, dan sosial. 

Nilai-nilai utama Pendidikan Karakter diidentifikasi dan diintegrasikan ke dalam pengembangan perilaku belajar/akademik, karier, pribadi, dan sosial yang dikemas ke dalam topik atau tema tertentu dan dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK).

Layanan dasar merupakan momen utama BK yang paling memungkinkan integrasi nilai-nilai utama PPK ke dalam layanan bimbingan dan konseling. Integrasi nilai-nilai utama PPK ke dalam pengembangan perilaku belajar, karier, pribadi, dan sosial dapat ditempuh dengan langkah-langkah
berikut.
  1. Kembangkan dan pilih nilai utama (atau unsur-unsur nilai utama) yang relevan dengan bidang pengembangan belajar, karier, pribadi, atau sosial.
  2. Kembangkan topik-topik atau tema satuan layanan yang mengandung perilaku nilai utama PPK dan perilaku belajar, karier, pribadi, atau sosial. Petakan ke dalam program semester/tahunan.
  3. Kembangkan RPLBK sesuai standar dan kebutuhan secara kontekstual.
  4. Implementasikan RPLBK bermuatan nilai-nilai utama PPK melalui sistem peluncuran (delivery systems) bimbingan dan konseling. Di dalam implementasi RPLBK bisa berkolaborasi dan/atau dikolaborasikan dengan kegiatan PPK berbasis lainnya.

2. Layanan Responsif

Layanan responsif adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik tertentu, baik individual maupun kelompok, yang memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak terhambat dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya. 

Bantuan diberikan melalui konseling,konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan (pengalihan penanganan konseli pada ahli lain karena sudah di luar kewenangan konselor/guru BK). 

Nilai-nilai utama PPK diinkorporasikan dalam proses pemberian bantuan baik secara individual maupun kelompok.

baca juga:

3. Layanan Perencanaan Individual dan Peminatan

Layanan ini dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik dalam pengembangan bakat dan minatnya, melalui pemahaman diri, pemahaman lingkungan, dan pemilihan program yang cocok dengan bakat dan minatnya. Nilai-nilai utama PPK diinkorporasikan dalam proses pemahaman diri dan penguatan pilihan serta pembelajaran dalam pengembangan bakat dan minat. Pembelajaran sebagaimana disebutkan, lebih merupakan tanggung jawab guru mata pelajaran atau bidang yang sesuai dengan minat peserta didik.

4. Dukungan Sistem

Dukungan sistem terkait dengan aspek manajemen dan kepemimpinan sekolah di dalam mendukung layanan bimbingan dan konseling untuk memperkuat PPK. Dukungan sistem ini termasuk di dalamnya kebijakan, ketenagaan, dana, dan fasilitas.

Demikian mengenai Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Gerakan Literasi dan Bimbingan Konseling, semoga bermanfaat.

sumber : Profesi Guru

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran

PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran


Sahabat Dunia Pendidikan yang berbahagia, Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik.

Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
baca juga: Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual, antara lain:
  • Metode pembelajaran saintifik (scientific Llearning), sebagai metode pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.
  • Metode inquiry/discovery learning, yaitu penelitian/penyingkapan. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau “mencari informasi dengan cara bertanya”, sedangkan dalam kamus American Heritage, discovery disebut  sebagai “tindakan menemukan”, atau “sesuatu yang ditemukan lewat suatu tindakan”.
  • Metode pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),yaitu metode pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah nyata, praktis, kontekstual,berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau belum jelas solusinya(ill-structured) atau open ended yang ada dalam kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok.
  • Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
  • Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning),yaitu suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keanggotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
  • Metode pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genrebased instruction), yaitu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk menyusun teks. Metode pembelajaran ini mendasarkan diri pada pemodelan teks dan analisis terhadap fiturfiturnya secara eksplisit serta fokus pada hubungan antara teks dan konteks penggunaannya. Perancangan unit-unit pembelajarannya mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks baik lisan maupun tulis dalam berbagai konteks. Untuk itu, siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur, dan fitur kebahasaan teks.
baca juga; Inilah Nilai-nilai Utama Dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter Melalui Pilihan dan penggunaan metode-metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa strategi, antara lain:

A. Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning)

Melalui pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama. Fokus nilai dan keterampilan yang menjadi sasaran dalam strategi pembelajaran kolaboratif adalah kemampuan bekerja sama.

B. Presentasi

Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil pemikiran, tulisan, dan kajiannya di depan kelas. Nilai yang dibangun dengan strategi ini adalah rasa percaya diri,kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, serta kemampuan untuk mempertahankan pendapat dalam berargumentasi. Bagi peserta didik yang mempresentasikan, ia akan berlatih berargumentasi dengan baik. Bagi teman-teman sekelas, mereka akan belajar mengkritisi sebuah argumentasi dengan memberikan argumentasi lain yang lebih rasional dan berdasarkan data/fakta. Strategi ini akan memperkuat kemampuan untuk berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

C. Diskusi

Dalam pembelajaran, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif bersama teman-temannya secara berkelompok, berintegrasi secara verbal, saling bertukar pikiran dan informasi, saling mempertahankan pendapat, mengajukan usulan dan gagasan yang lebih baik, serta bersama-sama memecahkan masalah tertentu dalam pembelajaran. Fokus penguatan karakter pada strategi ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, menghargai pendapat orang lain, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.

D. Debat

Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu argumentasi dalam sebuah perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual dan kontekstual, agar mereka dapat mempertahankan argumentasinya secara logis, rasional, dengan bahasa yang komunikatif dan memikat perhatian pendengar (audiens). Fokus penguatan karakter pada strategi inia dalah kemampuan berpikir kritis,kemampuan berkomunikasi, percaya diri, dan mempengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.

E. Pemanfaatan TIK

Dalam pembelajaran, peserta didik dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dengan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, diharapkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan sarana TIK lebih baik, pembelajaran pun lebih efektif dan menarik. Fokus pada kegiatan ini adalah literasi digital.
baca juga : Fokus Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Sistem Pendidikan Nasional

PPK Melalui Pembelajaran Tematis


Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkaya praksis PPK di sekolah.

Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.Satuan pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter.

Demikian yang dapat disampaikan mengenai Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran, semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

sumber : pedoman penguatan pendidikan karakter

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Pendidikan Karakter
sumber foto : cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id

Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum


Pendidikan Karakter. Sahabat Dunia Pendidikan yang berbahagia, Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran.

Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK.

Langkah-langkah menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara:
  • melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran;
  • mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan;
  • melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
  • melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan; dan
  • melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.


Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Manajemen kelas


Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen Pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil.

Pendidik memiliki kewenangan dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), mengajar, dan setelah pengajaran, dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus padanilai-nilai utama karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar.

Pendidikan Karakter Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai pelajaran pendidik bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran, untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru Bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta didik.

Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut ini contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter.
  1. Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi).
  2. Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan, setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri).
  3. Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri).
  4. Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).
baca juga : Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Pendidikan Karakter Pengelolaan kelas tidak bisa diredusir sekadar sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas, melainkan perlu lebih berfokus pada bagaimana mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif.

Demikianlah yang dapat disampaikan mengenai Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas, semoga bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

sumber : Buku Pedoman Pendidikan Penguatan Karakter
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com